Mendidik dan Mengajar tanpa Menggurui, Metode Jibril
Jika materi yang disampaikan menyangkut nalar (kognitif dan keterampilan) disebut mengajar, dan apabila yang disampaikan adalah pesan-pesan nilai yang menyangkut hati nurani (yang membentuk sikap) disebut mendidik. Seorang guru yang baik dalam menyampaikan materi senantiasa menggabungkan mendidik dan mengajar, sekaligus mengandung aspek kognitif, keterampilan dan sikap. Berdasarkan hal ini maka ungkapan proses belajar mengajar seyogianya diubah menjadi mendidik, mengajar.
Lain halnya dalam pendidikan dan pengajaran yang informal, khususnya pendidikan dan pengajaran lingkungan.
Berikut ini disajikan anekdot yang kemungkinan besar berakar dari suatu kejadian yang sebenarnya pernah terjadi. Seorang mahasiswa agronomi Fakultas Pertanian yang sementara ber-KKN dengan sikap yang amat menggurui mengajarkan para petani perihal produktivitas dalam bertanam padi. Pada waktu itu sedang galak-galaknya dipromosikan padi jenis PB5. Dengan semangat "over confidence" sang mahasiswa menyuruh para petani bertanam padi jenis PB5 itu, yang untuk areal sawah yang sama akan membuahkan produksi padi yang lebih banyak ketimbang jenis padi yang biasanya ditanam oleh para petani. Sang mahasiswa dengan bersemangat mengeritik pula pematang sawah yang lebar tempat ia berpidato menyuluh itu. Kalaulah pematang-pematang sawah yang lebar itu dipersempit akan dapat memperluas areal lahan yang dapat ditanami, dengan demikian produksi padi dapat pula ditingkatkan.
Setelah tiba saatnya untuk makan siang, sang mahasiswapun diundang ke dangau untuk bersantap siang. Sebenarnya dangau itu tidak berapa jauh dari tempat penyuluhan tadi, namun penunjuk jalan membawa mereka itu mengambil jalan yang tidak memintas, melainkan berkeliling, sehingga mereka itu melalui pematang sawah yang sempit. Oleh karena sang mahasiswa tidak terampil meniti pematang sempit, beberapa kali ia terpelset jatuh ke sawah sehingga bermandikan lumpur. Setelah sampai di dangau makanan yang dihidangkan adalah nasi dingin tanpa sayur. Nasi itu demikian kerasnya tanpa sayur pula sehingga sukar sekali melalui kerongkongan, seperti ungkapan peribahasa lama: Nasi dimakan bagai sekam. "Nak," ucap yang empunya dangau, "apa yang anak telan itu adalah beras PB5, dan tempat anak menyuluh tadi adalah pematang yang sekali gus berupa jalan setapak."
Yang berikut ini cerita yang sesungguhnya terjadi puluhan tahun yang lalu. Drs. Abd.Razak Mattaliu, seorang muballigh dan juga seorang wartawan senior generasi Abd.Rahman Arge, pada waktu itu masih menjadi anggota jama'ah Masjid Syura, menyampaikan pesan di atas mimbar. Ia telah beberapa lama memperhatikan ada dua tiga orang anggota jama'ah masjid yang caranya shalat perlu diperbaiki. Ia mulai dengan pengantar bahwa apa yang akan disampaikannya ini bukan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, melainkan khusus untuk anak-anak. Sesudah itu barulah ia menjelaskan bagaimana caranya shalat menurut tuntunan RasuluLlah SAW.
Bagaimanapun juga apabila materi yang disampaikan adalah cara shalat yang benar, tentu tidak dapat mengelak dari sikap menggurui. Untuk menghilangkan kesan bahwa ia menggurui bapak-bapak dan ibu-ibu, maka Adbd.Razak mengatakan khusus ditujukan bagi anak-anak dalam masjid. Ia mengaplikasikan ayat Al Quran: Ud'u ilay Sabiyli Rabbika bi lHikmati, serulah ke jalan Maha Pengaturmu dengan bijaksana.
Pada suatu waktu ketika RasuluLlah SAW duduk bersama-sama dengan para sahabat, datanglah ke dalam majelis itu seseorang dengan penampilan seperti orang datang dari jauh, namun wajahnya tetap segar, pakaiannya tetap rapi. Setelah memberi salam ia duduk, kemudian bertanya kepada RasuluLlah SAW apa itu Iman, Islam dan Ihsan. Lalu RasuluLlah SAW sebelum menjawab mengatakan bahwa yang bertanya lebih tahu dari yang beryanya, kemudian beliau baru menjelaskan pengertian (Rukun) Iman, (Rukun) Islam dan Ihsan. Setelah orang itu pergi RasuluLlah menyampaikan kepada para sahabat, bahwa sesungguhnya "orang" tadi itu adalah Malaikat Jibril.
Kalau kita simak proses penyampaian pengertian Rukun Iman dan Rukun Islam itu akan dapat kita ungkapkan keluar nilai yang tersirat yang erat kaitannya dengan metode menyampaikan pesan tanpa menggurui. Metode ini dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran informal menyampaikan pesan-pesan nilai-nilai Islami untuk memperkaya metode yang telah lazim dipergunakan selama ini, yaitu ceramah dan diskusi. Selama ini umumnya hanya dipraktekkan dua jenis pertanyaan. Pertama, dari orang yang tidak tahu kepada yang tahu, yaitu pertanyaan dari murid kepada guru, maka jawaban guru itulah yang disebut menggurui. Kedua, pertanyaan dari guru kepada murid, maka itu disebut menguji. Ketiga, pertanyaan dari yang tahu kepada yang tahu, itulah penyampaian pesan kepada khalayak, pendengar, ataupun pemirsa secara tidak menggurui, yang disebut Metode Jibril. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
199. Malaikat dan Sikap Hormat kepada Guru
Malaikat adalah makhluq Allah yang ghaib, artinya tidak dapat diindera oleh pancaindera manusia, juga tak dapat dideteksi oleh instrumen laboratorium bikinan manusia bagaimanapun canggihnya. Kita tahu tentang adanya malaikat karena Allah memberi-tahu kita melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, Nabi 'Isa AS dan Nabi Musa AS yang berwujud ayat Qawliyah. Jadi malaikat itu harus diimani, termasuk satu di antara Rukun Iman yang enam. Malak(un), nama spesi makhluq ghaib tersebut. Spesi makhluq lain seperti misalnya Basyar(un), adalah nama spesi makhluq nyata yang berdarah daging yang mempunyai ruh yaitu kita ini, manusia.
Dalam qaidah bahasa Arab muannats (gender perempuan) menyatakan sebagian dari mudzakkar (gender laki-laki). Syajar(un) menyatakan keseluruhan spesi yang disebut pohon, syajarah(tun), sekelompok atau sebagian jenis pohon. Malaikah (bentuk muannats) menyatakan sekelompok atau sebagian dari malak (mudzakkar). Namun dalam bahasa
Walaupun malaikat itu makhluq ghaib, namun sewaktu-waktu Allah menyuruh makhluq ini untuk berkomunikasi dengan spesi Basyar. Oleh karena itu malaikat itu diberi kemampuan oleh Allah beralih wujud menjadi Basyar pula. Malaikat Jibril AS menjelma menjadi Basyar ketika berkomunikasi dengan Maryam, untuk menginformasikan kepadanya bahwa Maryam kelak akan melahirkan seorang anak yang suci. Pada waktu malaikat
Malaikat Jibril AS yang sedang berwujud Basyar dapat pula disaksikan oleh para sahabat, tatkala Jibril AS berkunjung kepada Nabi Muhammad SAW yang sedang duduk satu majelis dengan para sahabat, bertanya kepada Nabi yang artinya: "Apa itu iman apa itu Islam, dan apa itu ihsan." Demikian pula tatkala para malaikat yang berwujud Basyar, yang diperintahkan Allah untuk menghubungi Nabi Ibrahim AS, turut pula disaksikan oleh Sarah. Tujuan para malaikat yang berubah wujud menjadi Basyar itu ialah untuk menginformasikan kepada Nabi Ibrahim AS, bahwa pertama, isterinya Sarah akan mempunyai putera kelak, walaupun Sarah pada waktu itu sudah dalam keadaan berhenti haid, dan kedua, bahwa Sodom dan Gomorrah (Qamran), pemukiman Nabi Luth AS akan dibinasakan oleh para malaikat itu, karena penduduknya homosexual dan lesbian. Karena para malaikat itu berwujud Basyar, maka penduduk Sodom dan Gomorrah yang berada sekitar rumah Nabi Luth AS dapat pula melihat malaikat itu, bahkan orang-orang homosexual itu ingin memesumi malaikat dalam wujud Basyar itu.
Berfirman Allah dalam Al Quran: Qa-la YaAdamu Anbi'hum biAsma-ihim (S. AlBaqarah, 32). Berfirman (Allah), hai Adam informasikan kepada mereka (malaikat) nama-nama (barang) (2:32). Selanjutnya Firman Allah, Waidz Qulna- lilMalaikati Sjuduw liAdama faSajaduw illa- Ibliysa Abay waStakbara (S. AlBaqarah, 33). Dan Kukatakan kepada malaikat sujudlah kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan sombong (2:33).
Ayat (2:32) menjelaskan latar belakang keluarnya perintah Allah kepada Al Malaikatu, sekelompok malaikat. Bunyi perintah itu, Usjuduw liAdama sujudlah kamu kepada Adam. Allah SWT memerintahkan sekelompok malaikat itu sujud kepada Adam bukan sebagai pernyataan dari malaikat itu untuk mengkultuskan Adam, melainkan sebagai pernyataan hormat kepada Adam, oleh karena Adam telah menjadi guru, mengajar malaikat itu mengenal identitas barang-barang disekitar majelis itu. Walaupun tidak secara tegas dijelaskan dalam ayat itu bagaimana wujud sekelompok malaikat pada waktu berkomunikasi dengan Adam, kita dapat mengansumsikan bahwa pada waktu terjadinya komunikasi itu, sekelompok malaikat tersebut berubah wujud menjadi Basyar.
Jelaslah ayat di atas itu mengandung muatan nilai:
Nilai hormat kepada guru, sebagai hormatnya malaikat kepada Adam, sang guru, sudah tercecer dari bangsa kita. Hanya tinggal sebagai cerita saja. Bangsa
***
538. Sepuluh Wasiat Hasan Al-Banna
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
1 Wahai kawanku,
Segeralah tunaikan solat di awal waktu. Dikala mendengar azan. Usahakanlah semampu terdaya. Ini membuktikan kesungguhan anda. Di situ ada sumber kejayaan. Di situ ada sumber pertolongan. Di situ ada sumber taufiq. Perhatikanlah banyak perintah ayat al-Quran. ...dimulakan dengan menyebut shalat di awalnya Perhatikanlah Allah mensyari'atkan shalat... Juga di
2 Wahai kawanku,
Bacalah al-Quran dan coba memerhati pesannya. Selalulah berzikir dan cari ilmu walaupun sedikit. Kurangilah dengan masa yang tidak bertujuan. Sesungguhnya al-Quran adalah sumber asli lautan ilmu. Sumber hidayah kepada anda dan saya. Bacalah al-Quran, kelak ia memberi syafa'at. Seanntiasalah membaca, menghafal dan... Coba hayati pesan arahannya. Selalu berzikir, berzikir dan terus berzikir!!! Di sini ada ketenteraman. Di sini ada kedamaian. Di sini ada kesalaman Jadilah hamba yang sejahtera.
3 Wahai kawanku,
Dorongkanlah diri untuk menguasai Bahasa al-Quran. Mulakan dulu walaupun sepatah perkataan Sebenarnya anda telah lama bermula Yaitu sejak anda shalat setiap hari. Sebut dulu walaupun tak faham. Antara mala petaka pertama menimpa umat kita... Ialah kecuaian menguasai bahasa agamanya. Juga mengutamakan bahasa pasar, Ayuh !!! Apa tunggu lagi?????? Bukalah ruang walaupun semenit !!!
4 Wahai kawanku,
Usahlah bertarung idea tanpa adabnya!!! Berdebatlah jika kiranya berbuahkan kebaikan Awasilah pertengkaran Karena di
5 Wahai kawanku,
Senyumlah selalu tapi bersederhanalah dalam ketawa !!! Rasulullah s.a.w adalah yang paling banyak senyum. Beliau ketawa kena pada tempatnya.Tapi berpada-pada sahaja, wahai kawan ! Berharap agar pementasan hiburan... Yang tidak bermutu terlalu banyak ketawa bodoh. Begitu juga supaya golongan belia ditegah daripada menyaksikan hiburan-hiburan yang membolehkan perbuatan ketawa berlebih-lebihan. supaya tidak menular. Keburukan dalam diri!!!
6 Wahai kawanku,
Seriuslah selalu dan berguraulah berpatutan Tanpa serius, hilanglah kesungguhan !!! Tanpa bergurau, tawarlah kehidupan. Kata seorang penyair : Berikan kerehatan pada jiwamu. Yang sibuk dengan berfikir. Obati dengan bergurau. Tapi, kalau mengobatinya dengan bergurau. Mestilah dalam batas, seperti kau masukkan garam ke dalam gulai.
7 Wahai kawanku,
Kawallah nada suaramu Sekadar yang diperlukan oleh pendengar di depanmu Janganlah jadi seperti orang bodoh. Bahkan menyakiti hati orang lain pula!!! Luqman El-Hakim juga mencela orang yang tidak pandai menjaga nada suara pada tempatnya. Itulah katanya suara keledai!!! Surah al-Isra' memberi tip kepada kita... Jangan keraskan suaramu dalam shalat.Tapi jangan pula merendahkannya Carilah jalan tengah di antara keduanya.
8 Wahai kawanku,
Tak usahlah umpat mengumpat. Tak usahlah merendah-rendahkan jemaah lain. Bercakaplah jika ada unsur kebajikan. Ayuh!!! Hindarkanlah...mengumpat! Tidak sekali mencibir jemaah-jemaah lain!!! Perkatakanlah kebaikan demi kebajikan bersama. Sukakah anda memakan daging pasti anda suka!! Tapi sukakah anda memakan daging kawan anda yang telah mati?? Sekali-kali tidak!!! Begitulah dosa orang yang mengumpat. Bertaubatlah jika anda mengumpat Tapi mesti minta maaf terhadap orang umpatanmu. Bersama!!! Boleh mengumpat...apabila ada tujuan syar'ie. Untuk menuntut keadilan apabila dizalimi. Untuk menghapuskan kemungkaran. Karena memberi amaran kepada Muslim tentang kejahatan. Karena mengisyaratkan kefasikan dan kejahatan.
9 Wahai kawanku,
Luaskanlah interaksimu dengan umat manusia. Sekalipun mereka tidak diminta berbuat demikian!!! Salam kasih sayang adalah untuk semua. Salam kemesraan adalah untuk sejagat. Hulurkanlah, hulurkanlah salam perkenalan...! Lihatlah pensyari'atan ibadah haji. Pelbagai bangsa datang berkunjung!!! Pelbagai lapisan datang berkunjung!!! Pelbagai derajat datang berkunjung!!! Sama-sama menjunjung obor suci. Tidak mengenali tapi tak sepi.
10 Wahai kawanku,
Maksimumkanlah faedah waktu anda dan tolonglah orang lain supaya manfaatkan masa. Hadkanlah masa penunaiannya. Biasakan hidup berjadwal ke depan. Bijaksanakanlah menggunakan waktu anda! Bersegeralah, karena... Sabda Nabi SAW bermaksud : "Bertindak segeralah melakukan amal..." (Diulang 7 kali..) Sayanglah masa saudaramu!!! Hormatilah waktu mereka!!!
Usahlah berbicara meleret-leret... Tanpa haluan dan noktahnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
573. Permainan Ibu Guru
Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Sebermula kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."
"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham Bu Guru"
"Baik permainan kedua," Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir.
Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. "Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau pundasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..."
"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan."
"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum pulang..."
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh Islam. Allah berfirman: YRYDWN AN YTHFaWA NWR ALLH BAFWAHHM WYAaBY ALLH ALA AN YTM NWRH WLW KRH ALKAFRWN (S. ALTWBt, 32), dibaca: yuri-du-na ayyuthfiu- nu-raLlaahi biafwa-hihim waya'baLla-hu illa- ayyu'timma nu-rahu- walaw karihal ka-firu-n (s. attawbah), artinya: Mereka hendak memadamkan cayaha Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu (9:32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, terkhusus generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa. Maka tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, terkhusus generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, ingatlah akan Yawmu dDiyn, Hari Pengadilan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
574. Cerita Ibu Guru
Pelajaran baru akan dimulai, seorang murid mengacungkan tangannya: "Bu Guru, mengapa orang Yahudi diusir keluar Madinah setelah perang Khandaq?" "Anak-anakku sekalian sekarang bukan pelajaran tarikh (sejarah), melainkan pendidikan akhlaq", jawab Ibu Guru berjilbab yang rapi itu (lihat Seri 573 ybl). "Tetapi Bu Guru, tolong dijawab barang beberapa menit pertanyaan teman kami itu tadi, dan apakah itu perang Khandaq?", murid-murid lain menyokong temannya yang bertanya itu. "Bailkah anak-anak. Kamu sekalian telah menerima pelajaran tarikh mengenai perang Badar dan perang Uhud, bukan?" "Betul Bu Guru, kami masih sangat ingat itu", murid-murid mengiakan. "Nah, setelah kedua perang itu ummat Islam di Madinah, yang jumlah laki-laki Muslim sebermula sekitar 700 orang telah menyusut menjadi sekitar 400 orang. Padahal menurut laporan "intel" kaum kafir Quraisy dibantu oleh qabilah-qabilah telah bersiap-siap untuk menyerang Madinah. Kota Madinah tidak terlindung seluruhnya untuk menghadapi serangan frontal. Memang ada benteng Yahudi dan jajaran pohon-pohon kurma sebagai benteng alam terhadap pasukan berkuda, akan tetapi ada pula bagian/lini yang terbuka. Seorang sahabat yang berasal dari Parsi, yaitu Salman Al Farisi mengusulkan agar menggali parit sepanjang lini terbuka. Itulah sebabnya perang itu disebut pernag Khandaq, artinya perang parit. Kaum kafir Quraisy yang dibantu qabilah-qabilah Arab itu yang jumlahnya mendekati 10 000 orang, yang belum pernah mengalami perang parit, tertegun didepan parit. Mereka lalu memasang kemah sambil mempelajari situasi. Lalu mereka memutuskan untuk mendekati orang Yahudi, membujuk mereka supaya melanggar perjanjian dengan kaum Muslimin yang tertera dalam Piagam Madinah, yaitu akan bersama-sama mempertahankan Madinah apabila diserang musuh. Orang Yahudi setuju dengan itu dengan minta beberapa petinggi qabilah Arab tinggal di benteng sebagai jaminan. Pada malam hari, yang esoknya telah ditetapkan hari penyerbuan bersama itu, cuaca sangat dingin disertai angin keras yang membalikkan periuk-periuk mereka yang sedang terjerang. Bagi orang Arab, itu pertanda buruk, sehingga mereka pada malam itu mundur dari Madinah, tidak jadi menyerang. Sedangkan konspirasi Yahudi akan menohok ummat Islam dari belakang itu telah bocor. Maka benteng Yahudi dikepung, dan karena kelaparan lalu menyerah. Itulah sebabnya mereka diusir dari Madinah." Ibu Guru mengakhiri ceritanya. "Memang orang Yahudi itu jahat, ya Bu Guru, pantaslah dibinasakan saja semuanya", sela beberapa orang murid. "Anak-anakku sekalian, mari kita mulai dengan pendidikan akhlaq, kata Ibu Guru seolah-olah tidak mengacuhkan ucapan murid-muridnya.
***
"Anak-anakku sekalian, kita patut bersikap keras kepada orang-orang Yahudi, atau kelompok siapa saja yang membahayakan kita. Tetapi siapa saja, kaum siapa saja yang tidak membahayakan kita apakah itu Yahudi atau bukan Yahudi, sikap kita harus sebaliknya. Orang-orang Yahudi yang tidak tinggal di benteng dan tidak membahayakan tidak diusir keluar Madinah. Ada sebuah contoh yang patut diteladani dari sikap RasuluLlah SAW. Firman Allah:
-- LQD KAN LKM FY RSWL ALLH ASWt hSNt LMN KAN YRJWA ALLH W ALYW ALAKHR W DZKR ALLH KTSYRA (S. S. AL AHZAB, 21), dibaca: laqad ka-na lakum fi- rasu-liLla-hi uswatun hasanatul limang ka-na yarjuLla-ha wal yawmal a-khira dzakaraLla-ha katsiyran (s. al ahza-b), artinya: Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan menyebut Allah banyak-banyak (33:21).
Di sudut pasar Madinah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Namun setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Rasulullah SAW wafat.
Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari Abu Bakar R.A. berkunjung ke rumah anaknya St 'Aisyah R.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku (Muhammad) yang belum aku kerjakan?". St 'Aisyah R.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abu Bakar R.A. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata St 'Aisyah R.H.
Keesokan harinya Abu Bakar R.A. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar R.A. mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar R.A. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu?". Abu Bakar R.A menjawab, "Aku orang yang biasa". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu, "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku dengan lembut", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abu Bakar R.A. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW." Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar R.A. ia pun ikut menangis, kemudian berkata, "Benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia..." Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar R.A. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 11 Mei 2003 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar